
Jakarta –
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mempersiapkan langkah strategis untuk menghadapai pengaruh perang tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap kinerja pasar modal Indonesia. Diketahui, Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif jualan ke Indonesia sebesar 32%.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan terdapat taktik yang dijalankan dengan pembagian jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek pertama yang dijalankan yakni menjalankan komunikasi aktif terhadap publik untuk mempertahankan keyakinan pelaku pasar di tengah keadaan pasar yang sedang berfluktuasi.
“Apa yang sanggup dijalankan oleh bursa menghadapi pengaruh perang dagang? Tentu saja BEI bukan Bank Indonesia yang sanggup direct intervensi dengan menjalankan pembelian atau apapun. Makara jangka pendek yang kami lakukan mau tidak mau yakni komunikasi aktif dengan publik dan media,” katanya dalam diskusi bertajuk ‘Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia’ secara virtual, Jumat (11/4/2025).
Baca juga: 21 Emiten Mau Buyback Saham Tanpa RUPS, Siap Dana Hampir Rp 15 T |
Iman menyebut ada tiga aspek yang mensugesti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yakni aspek global, aspek domestik dan mendasar dari perusahaan yang diramu menjadi penglihatan investor. Oleh alasannya itu edukasi dan penyampaian narasi positif dikehendaki untuk mempertahankan keyakinan pelaku pasar.
“Kita berupaya untuk aktif, dibantu teman-teman media dan juga teman-teman ekonom untuk mengkomunikasikan keadaan dibandingkan dengan korporasinya. Kalau kita lihat sesungguhnya jikalau kita bandingkan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan yang memasukkan di laporan keuangan, ternyata mereka 2024 itu positif, artinya mereka membukukan keuntungan,” beber Iman.
Strategi jangka pendek kedua yakni menjalankan modifikasi hukum jual beli yang sudah diumumkan pada 8 April 2025. Dalam hal ini dijalankan modifikasi batas trading halt serta modifikasi batas auto rejection bawah (ARB) menjadi 8% untuk mempertahankan keseimbangan antara derma pasar dan efisiensi serta likuiditas pasar.
Strategi jangka pendek ketiga yakni modifikasi hukum buyback saham. Dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menampilkan relaksasi bagi emiten untuk menjalankan buyback saham tanpa lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 19 Maret 2025.
“Jadi tentunya bursa nggak sanggup sendirian, bursa mesti bahu-membahu dengan OJK menjalankan beberapa modifikasi aturan,” ucapnya.
Tidak cuma itu, Iman menyebut pihaknya akan terus menjalankan penguatan pengawasan pasar terhadap transaksi yang tidak masuk akal untuk menjalankan mitigasi dalam merespons potensi kepanikan pasar.
Untuk jangka panjang, ada beberapa hal yang mau dijalankan yakni diversifikasi produk seumpama Single Stock Future, ETF, sampai ETF Gold untuk kebebasan bagi investor, memajukan kedalaman pasar dan meminimalkan ketergantungan terhadap saham konvensional.
Strategi jangka panjang yang lain seumpama kenaikan mutu serta efisiensi proses IPO, kenaikan likuiditas dan modernisasi infrastruktur perdagangan, serta kenaikan partisipasi penanam modal institusi.
“Modernisasi dibandingkan dengan pembaruan infrastruktur jual beli ini kita inginkan di 2026 kita akan memajukan kapasitas jual beli kita dari yang ada kini sebanyak tiga kali kapasitas yang ada di saat ini,” beber Iman.